Di pinggiran danau tempat kita bersandar, beberapa perihal, jekak kaki engkau tinggalkan. Sekuat napas kau hempas. Tetapi ingatan masih saja sigap menangkap budimu. Sayang
Engkau bercerita tentang keluh kesah kepompong yang tak sempat menjadi kupu-kupu. Ketika anak kecil tiba membawa galah, kepompong pasrah jatuh ke tanah. Jadi rebutan para jagoan bermodal.
Mungkinkah hidup adalah tanggungan semata? Engkau cukup melewati takdir dan semua akan selesai? Meski alur cerita kerap berubah tiba-tiba dan engkau tergoda tak percaya.
Lalu engkau beranjak pergi. Tak ada sepatah kata tanda pamit. Tetapi aku terlanjur mencintai kepasrahan kepompong dan teguh ingatan. Juga engkau pula
Mohon paham, akulah yang memelukmu bahkan saat engkau jatuh. Bahkan tanpa pernah engkau tahu. Selamat menempuh hidup Baru mu disana, dengan berbagai santapan yang terlalu bedah.
Selamat jalan Sayang....
Komentar
Posting Komentar